pembuatan tepung sagu

Pembuatan Tepung Sagu Pada Masyarakat Asli Sentani Jayapura

Menurut kabar yang di muat di http://papua.litbang.pertanian.go.id/

Penduduk asli Papua yang berdomisili di pantai atau dataran rendah lebih banyak mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok, beras sebagai sumber karbohidrat subsitusi. Sedangkan saudara kita yang berada di pegunungan tengah (Kabupaten Jayawijaya, Puncak Jaya, Paniai, Tolikara, Pegunungan Bintang dan Yahukimo) ubi jalar merupakan makanan pokok. Sagu yang diperoleh sebagian besar berasal dari tanaman sagu yang tumbuh liar di hutan atau rawa-rawa dan sagu ini merupakan hak ulayat.

Dalam proses pembuatan tepung sagu, umumnya petani melakukan dengan cara yang sama. Sagu ditebang dan dikupas kulitnya dan dipotong-potong sepanjang 50-100 cm, dibawah ke pinggir danau Sentani untuk proses pemarutan. Batang sagu yang akan diolah menjadi tepung dihancurkan dulu dengan cara pangkur menggunakan mesin seperti mesin parut kelapa. Hasil pangkur ini berupa serbuk-serbuk kayu halus. Serbuk kayu tersebut diletakkan di pelepah sagu kemudian diberi air sambil serbuk sagu diremas-remas menggunakan tangan. Di bagian bawah pelepah terletak saringan dari kain untuk menampung serat kayu yang akan dikembalikan ke pelepah sagu untuk diberi air dan diremas-remas kembali. Proses ini dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan pati sagu. Tepung sagu tersebut dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam karung, yang lebih dikenal dengan nama tumang. Sagu tersebut siap dikonsumsi atau siap dipasarkan (Adnan dan Afrizal Malik).